Pada akhirnya ruang ini lepas dari makna 'goresan harian' sendiri. Ini bukan hanya goresan tidak juga harian. Ketika saya membutuhkan tempat, ini menjadi ruang untuk bersuara atau diam, mewarnainya dengan yang ada dalam dada atau diluar dari diri, mungkin lebih banyak tertuang kegelisahan dan berputar pada yang itu-itu saja, menunjukkan betapa jauh diri ini dari kata sempurna, tapi setidak-tidaknya bagi saya ini adalah sebuah catatan kecil tentang perjalanan.
Kamis, 31 Juli 2003
Selasa, 22 Juli 2003
Sabtu, 19 Juli 2003
perempuan-perempuan yang terjajah di rumah-rumah mewah menguras hidupnya dari muda hingga tua tiada suami tiada anak tiada sanak saudara semangat hidupnya menempel dilantai yang tiap pagi dan sore mereka pel di air yang mereka hangatkan untuk mandi sang majikan sang istri majikan serta anak-anak majikan di bak mandi setiap pagi sore dan petang di panci panci yang tiap hari merka menanak nasi dan memasak sayuran perempuan perempuan yang terjajah di rumah-rumah mewah tiada merdeka tiada punya apa-apa hidupnya hanya pada rutinitas kewajiban kewajiban yang terus saja menunggu hingga akhir usia
Jumat, 18 Juli 2003
Selasa, 15 Juli 2003
pertunjukkan itu belum selesai di sebuah pojokan kota dari pagi siang sore hingga petang pojokan yag sama dan tokoh yang silih berganti berbeda dari waktu demi waktu dari pagi demi pagi koran yang masih hangat sepeda yang bocor tukang tambal ban sebuah kursi panjang dan sebuah toko meubel yang belum juga buka diantara alun-alun kota bank masjid sekolah para pengemis tukang becak dan asap mobil tikungan yang selalu gelisah pojokan pojokan itu selalu tawarkan kesegaran buat kita berdua dan berbicara tentang tokoh-tokoh roda kehidupan yang sedang kita jalani ini
Senin, 14 Juli 2003
permintaan maaf itu yang keberapa kalikah kau ucapkan pada daun pintu dan daun-daun rumput di pojokkan diding rumah bambu impian kita sejak kau mau bergerak ke sana sampai tak kau sentuhnya setiap waktu juga kau lakukan kesalahan itu kesalahan yang sama yang tak juga kau sadari tak juga kau sadari kau bilang pagi itu hanya pagi itu padahal itu sudah pernah kau lewati dan kau ulang-ulang lagi kau bilang malam itu dan tak akan kau ulangi lagi tetapi sama saja tetap saja kau sudah pernah melakukan kemudian minta maaf maaf maaf dan minta maaf lagi kenapa kenapa kau tak juga mau mengerti sedang kau selalu dan terus paksa dirini ini untuk mengerti mengapa kau selalu menyudutkan aku dengan pertanyaan dan peryataanmu juga kegelisan kegelisahanmu sepeti keluargamu penyudutan dan pemaksaan yang mereka lakukan berulang-ulang lagi lagi dan lagi terus terus dan terus dengan picik dangan licik mengapa kau meminta maaf lagi : seseorang telah menuliskan dalam catatan-catatan lendir yang tak juga keluar dengan dahak yang tak basah atau dengan ludah__
sebuah penyempitan saluran yang setiap waktu kita lewati tahukah kau lendir itu harus dikeluarkan semuanya tanpa tersisa sama-sekali dan kita harus berbuat sesuatu kita harus memulai kita harus memulai bakarlah api dan didihkan air untuk meleburkan lendir itu melehkannya mencairkannya agar semuanya keluar lewat ujung pipa yang semakin menyempit ayo bakar api didihkan air ayo bakar apai didihkan air !!!!!!!!!
Sabtu, 12 Juli 2003
pada akhirnya ia menanyakan tentang hakikat cinta pada sebuah titik perjalanan ia mencoba berlari dari segala yang ada menghindari dari segala yang dilihatnya segala yang telah melahirkannya menjadi manusia melahirkannya tanpa cinta tanpa cinta meski cinta itu sesuatu yang sangat duniawi dan selalu siap menjadi berhala bagi siapa saja tetapi pada sebuah titik itu ia menanyakannya kembali apakah berdosa ia tak memberi cinta pada seluruh keluarganya ibunya ayahnya sebab ia tak pernah dilahirkan bersama cinta
Kamis, 10 Juli 2003
mereka memilih seikat dari sebuah ladang bunga bergerak tanpa mulut tanpa warna hanya hitam puluhan mungkin ratusan asing dalam latar cakrawala belum lagi senja tak ada batu batu hanya ada tanah dan ilalang yang begitu rimbun angin yang damai berisi nada suara-suara entah dari mana ketakjubkan siapa saja yang melihatnya ada butiran butiran cahaya yang melayang-layang bagai jutaan kupu-kupu mereka terbang dengan jubahnya bayang-bayang siapa cahaya darimana hanyalah asing asing dan teramat asing
Selasa, 08 Juli 2003
mungkin lima mungkin juga enam mungkin juga tujuh ketika kau kembali pada sebuah jalan yang pernah kau lewati bersama sebuah pasar kota jogja rel kereta siang surabaya debu dan keringat yang basah kita tertidur di perjalanan kita saling menantap dan mengikat menghabiskan uang dari tabungan terakhir kita sebelum semuanya berakhir masa-masa begitu lepas dari segala pertimbangan tak harus kita jangkau lagi
kita mulai lagi dari beberapa lingkaran yang saling berkait-kaitan dan segala kepenatan yang mengerat-erat di sekeliling leher sudah malam kau dengar suara sapu lidi di jalan sementara asap telah mengendap di langit-langit ruangan ini suara musik semakin menjenuhkan rutinitas macam apa itu menghirup udara yang sama berjam-jam berhari-hari kepenatan menjadi benar2 penat mengendap di seluruh badan ah orang-orang yang selalu sendiri terlalu asik dengan dirinya sendiri tunggu saja waktu kau kan merasakan lagi nuansa yang bernama keabadian kesunyian
Senin, 07 Juli 2003
pada sebuah dinding batu mengapa ia masih mencoba meruntuhkannya dengan sebongkah kayu mungkin dalam hatinya hanya ada dua arah utara dan selatan sedang ia masih duduk terdiam tak menoleh kepalanya ke kiri atau ke kanan pada cahaya yang remang matahari tertutup awan ia masih duduk di ruang kosong sementara dua patung singa itu tetap saja menghantuinya di pintu gerbang kapanpun selama musim hujan daunan bambu daunan hijau tersapu angin terbang pada isi kepalanya melayang mengisi seluruh isi jiwanya ia masih terharu hanya itu
Sabtu, 05 Juli 2003
lapar hanyalah lapar hanyalah lapar tak ada yang lain selian lapar tak ada memang tak ada biru merah jingga dan hitam semuanya lapar matahari bumi dan bintang terus saja lapar lapar lapar lapar dan hanyalah lapar angka-angka kata-kata tak ada yang lain selain lapar lapar lapar dan hanya lapar rumah sakit pasar supermarket jaan raya tiang listrik sungai dan jembatan terus saja lapar bus bus mobil motor asap batuk perut lapar lapar dan hanyalah lapar
Kamis, 03 Juli 2003
bosan apa yang kau makan ikatan bukan makanan bukan rutinitas bukan pilihan pilihan dan tak ada kebosanan mengitung dari dua dan dua menjadi lima mana yang besar dan kecil tak juga mungkin berubah kau ingatkan aku di pitu gerbang ada kerangkeng kera anak belum dewasa bekerja dengan besi-besi tua paman ku jongkok di depannya dan bertanya mengapa kau ingatkan aku pada pemaksaan-pemaksaan yang akhirnya kau lakukan juga meski sudah tiba waktunya kau harus kalah yah kalah mengalah demi hitam dan hitam lurus tak berliku pohon-pohon lenyap dalam selimut gelap hanya angin yang lewat satu belalang tua rimbun rerumputan ilalang semua coklat semuanya semuanya
Rabu, 02 Juli 2003
"ya tuhan selamatkanlah kami" mungkin saja itu do'a yang pernah diucapkan para nabi lantas siapa ibrahim atau nuh atau khidir atau yunus atau ismail atau barangkali muhammad pada anak-anak mereka seperti kita saat ini disini terdiam menunggu sebelum segalanya jatuh dan pecah sebelum dipunggut segala yang berserakan satu-persatu oleh raksasa kita telah terdiam termangu membisu di sebuah lingkaran pada padang kering dan hanya ada hamparan tanah pecah tak ada lagi ada air mata
Selasa, 01 Juli 2003
persetubuhan adalah sebuah kematian sebab persetubuhan adalah pertemuan dua tubuh seperti pertemuan dua dunia kehidupan sebelum mati dan setelah mati persetubuhan adalah pertemuan dua yang berlainan tetapi berpasangan seperti pertemuan hitam dengan putih pertemuan yin dengan yang pertemuan gelap dan terang pertemuan antara negatif dan positif timur dengan barat utara dan selatan pertemuan antara air dengan api yang menimbulkan kehangatan pertemuan antara matahari dengan bintang yang menjadikannya senja antara bumi dengan langit yang menjadikannya cakrawala yah persetubuhan adalah sebuah kematian dan kematian adalah sebuah persetubuhan, persetubuhan dengan tuhan
Langganan:
Postingan (Atom)