Pada akhirnya ruang ini lepas dari makna 'goresan harian' sendiri. Ini bukan hanya goresan tidak juga harian. Ketika saya membutuhkan tempat, ini menjadi ruang untuk bersuara atau diam, mewarnainya dengan yang ada dalam dada atau diluar dari diri, mungkin lebih banyak tertuang kegelisahan dan berputar pada yang itu-itu saja, menunjukkan betapa jauh diri ini dari kata sempurna, tapi setidak-tidaknya bagi saya ini adalah sebuah catatan kecil tentang perjalanan.
Jumat, 29 Februari 2008
yang durhaka kepada nikmatMu
pada suatu pagi ia membaca surat yang jatuh pada sebuah jendela rumahnya: "jika aku menjadi tukang sapu, atau jika aku menjadi seorang pembantu, dimana waktuku adalah tak sepenuhnya milikku tetapi milik majikanku, jika aku tidak diberi pilihan, atau kebebasan, aku hanya diberi tugas sesuai waktu-waktu itu, bekerja dan bekerja, betapa mudahnya bekerja sesuai waktu, mungkin diiringi ketakutan, atau mungkin keikhlasan, atau karena tidak ada pilihan, tetapi jika aku menjadi orang bebas, dimana aku diberi hak memilih dan memilah waktu-waktuku, kenapa sebagian besar yang terjadi adalah kuhabiskan waktuku untuk tidur dan membuangnya sia-sia, bukan bekerja, bukan meneteskan keringat, memompa jantung, memompa pikiran, dan terus tejaga, ya Allah ampuni hambaMu ini yang sangat durhaka kepada nikmat-nikmatMu yang telah kau berikan....ampuni aku ya Allah"