Kamis, 09 November 2000

“Il ne crie pas mais il murmure, son vocabulaire n’est pas sophistiqué, il parle de choses simples, il ne cherche pas non plus de grandes idées mais construit avec tout ce qu’il peut trouver. Même si nous entendons parfois dans son récit la violence, le meurtre, ou la démocratie, ces mots ne jaillissent jamais de manière extravertie, ils sont ramenés à l’espace de la "mère", "mon cœur", "enfant" ou plus simplement "je" et "il". Le poète n’est pas un héros, mais une partie et l’écho de la voix des victimes." bahasa Indonesia-nya : “Tidak berteriak melainkan lirih, tak berangkat dari kemewahan dan sofistikasi kata-kata melainkan dari hal yang bersahaja, tak pula mencari-cari ide besar melainkan membangun dari apa saja yang bisa ditemukan. Kalaupun kemudian terdapat rekaman atau setting besar seperti tindak kekerasan, pembunuhan atau ihwal demokrasi, maka tidak disemburkan secara ekstrovert melainkan ditarik ke ruang "ibu", "hatiku", "anak" atau cukup dengan "aku" dan "dia". Penyair tidak mengambil posisi sebagai hero, melainkan sebagian dari dan menggemakan suara korban." Herry Dim berkata tentang Agus R. Sardjono dalam acara Suatu Hari di Negeri Angin (Un jour au pays du vent): Lecture des œuvres de Agus R. Sardjono sepertinya kalimat itu sudah cukup mendefinisikan ungkapan jiwa lewat tulisan seperti yang aku coba lakukan -terimakasih-