Pada akhirnya ruang ini lepas dari makna 'goresan harian' sendiri. Ini bukan hanya goresan tidak juga harian. Ketika saya membutuhkan tempat, ini menjadi ruang untuk bersuara atau diam, mewarnainya dengan yang ada dalam dada atau diluar dari diri, mungkin lebih banyak tertuang kegelisahan dan berputar pada yang itu-itu saja, menunjukkan betapa jauh diri ini dari kata sempurna, tapi setidak-tidaknya bagi saya ini adalah sebuah catatan kecil tentang perjalanan.
Selasa, 31 Oktober 2000
ah mengapa kejadian kemaren tidak ditulis, hari itu aku mengerti sepertinya ia tak mungkin mengerti atau aku memang masih susah untuk dimengerti. hari itu cukup panjang di banding hari yang lain, ah, aku tak mengerti mengapa bisa sampai seperti ini, ah lewat saja, yang jelas kita harus saling menerima apa yang ada dalam diri kita | sore segar, aku telah melewati masa yang belum aku temui, "halo selamat sore pak !, mmm saya dari bla bla bla" meski sedikit di akhiri tertawa, dan mood lebih baik, kira2 sudah 60% tergarap =) | hei dia datang !!! *pas kutulis sampai baris ini*
Senin, 30 Oktober 2000
sepulang dari jogja
bicara tentang orang-orang dalam bis yang terjebak kemacetan
di sepanjang jalan mungkin perbatasan solo air meluap hebat
mengalirnya perlahan terlihat pekat dan coklat
orang-orang terjebak dalam bis
mereka banyak yang tak saling kenal
dan tidak perlu diceritakan
sangat malam
orang-orang sudah terlihat capek untuk mengadu
mereka lebih memilih diam, pasrah atau duduk di setiap kursi
tiga buah mobil di depan sudah putar haluan dan hilang dari penglihatan
tinggal 1 mobil diam dan 1 truk di depan
air masih mengalir membawa butiran-butiran tanah sawah
pekat kecoklatan
di kiri depan jalan terlihat deretan pemukiman dan orang-orang bangun
menyambut tamu yang berkunjung kerumahnya, air banjir
yang terdengar bicara hanya sopir, kondektur dan teman-temannya
mereka masih bisa bercanda dengan naturalnya,
aku seringkali tertawa melihatnya
penumpang-penumpang lain banyak yang diam
atau terjaga atau memejamkan mata mungkin berfikir
kira-kira kapan datang
suara air ini mengingatkan aku akan sungai kapuas
saat subuh kapalku menuju pelabuhan
orang-orang kampung hanya terlihat bayangan-bayangan
bergerombol siap membantu mobil-mobil yang terdampar
kami di tertawakan oleh kodok, mereka tidak peduli banjir
mereka terus saja menyanyi...
setelah berjalan, gilaaaaa bis ini berlari sangat cepat melintas rimba jalan raya, aku berungkali memikirkan mati melihat bis ini jalan, andaikata didepan ada bis, andaikata rem-nya blong, andaikata didepan ada mobil kencang menghadang, andaikata lainnya...
perjalanan yang melelahkan
Minggu, 29 Oktober 2000
kemaren, sepuluh pagi mikrolet biru, sebelas duabelas siang bis surabaya, sedih tidak bawa uang untuk bayar pengamen, minuman kaleng di surabaya, krian, supir berantem dengan seoarang supir mobil kijang, bis berhenti turun di kantor polisi, akhirnya semua penumpang diturunkan dikembalikan uangnya dan dimohon untuk menumpang ke bis lain, jalana besar mobil-mobil besar berjalan lalu lalang cepat-cepat ketika menyebrang buat semua bergetar, bis lain ke surabaya, mogok di bengkel, mikrolet hijau menyelamatkan kami, berhenti di garasi bis surabaya-jogja, sore... surabaya mendung, hujan, deras, terminal basah, bis lekas penuh berangkat sudah pukul 4 sore, sangat lambat, terjebak dalam kemacetan, sabtu waktu pekerja pulang kampung, hujan, merambat, lambat, lelah, ngantuk, lapar, air putih, malam, berjalan, tidur, tertidur, pukul 1/2 sebelas malam kencing di toilet terminal solo, berhenti, ... bis ke jogja nggak ada, keluar kesana-kemari, berharap ada warnet menyelamatkan kami, tiga-empat bis surabaya jogja melewati kami, dan menyapa dengan debu2 tinggi bertebaran, kami kembali ke terminal, berlari masuk ke bis pergi ke jogja, tarif kurang Rp 100, pikil 1/2 satu kaki menginjak tanah terminal jogja, wartel bisu, penjaga tertidur kakinya di atas kursi, aku numpang cuci muka, ada dua ibu juga baru datang anaknya menjemput, dia pasti anak mahasiswa dan dilihat ngomongnya orang luar jawa, jogja memang kota orang dari mana-mana, berjalan berharapa ada warnet, berjalan ngawur, tak tau mana utara, mana barat mana selatan, para supir taksi, pak becak mengajak juga sama seperti di terminal solo, ada warnet ada teman, makasih rufus, zam dan arief bisa tidur malam ini di rumah kamu, sebelum mengelilingi jogja malam yang sepi sepanjang ring road selatan utara, joga sianga ini seperti kemaren, malioboro mulai belajar menghilangkan kendaraan bermotor, khusus untuk pejalan kaki, alhamdulillah pontianak mulai baikan.
Sabtu, 28 Oktober 2000
buru-buru mau pergi, punggung masih terasa nyeri, posisi tidur ngawur, aku lihat mata orang gila, orang gila menatapku, tetap berjalan, aku melihat daun-daun pohon hijau dan lebat yang masih basah *mulai musim hujan*, terus berjalan, aku dengar suara klakson, terus berjalan, ini sudah lewat jam masuk sekolah, aku lihat orang2 berangkat bekerja, ya tuhan berikan rizki untuk mereka, amin
aku mau ke jogja
Jumat, 27 Oktober 2000
malam jam 11 ketiduran menunggu dering telpon datang, pagi jam setengah 1 terbangun bunyi telpon akhirnya datang, telinga mendengar dan mulut berucap, jam 2 mata jadi nggak ngantuk, perut lapar, terdengar suara nafas teman tidur teratur, dan berisik radio belum dimatikan, hati bimbang menimbang apakah kemarin memang pantas dilakukan ?. wahai jemari, aku pikir kamu sudah capek, berhentilah mengetik, mari kita tidur lagi ...
pontianak rusuh lagi, mengapa terulang lagi, kapan sih mereka mau sama-sama mengerti ?
Kamis, 26 Oktober 2000
aku adalah ibuku
karena sebagian sifat ibu ada padaku
aku adalah bapakku
karena sebagian sifat bapakku ada dalam diriku
dan aku adalah diriku sendiri
karena sebagian sifatku sendiri ada dalam diriku
dan sebagian diriku adalah orang lain
pagi, bunga-bunga ungu jatuh pada tanah basah, jangan disapu dulu aku ingin menikmati bunga-bunga itu
Rabu, 25 Oktober 2000
kami tiga sedarah, diam dengan jarak di ruang, tak bernyawa, dua duduk salah satu dari kami berdiri, salah satu dari kami tekena musibah, kami tak mengerti mengapa musibah itu menimpa kami, salah satu dari kami tetap menghisap asap rokoknya
ada seekor burung yang berdiri diatas kepala patung, dia merasa bangga bisa menginjak-injak dan membuang kotoran diatas kepala patung
lagi
aku menancapkan duri, aku membuat perih, aku masih tak mengerti, aku mengulangi lagi, aku mengulangi lagi, aku tak mengerti mengapa dia sedih, aku tak mengerti kalau aku yang membuatnya sedih, dan ketika aku tau, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, kata maafku itu sudah tak berarti, aku cuma sedih ?, menyesali diri ?, dan dia pergi...kata maafku tak berarti lagi aku maki diri sendiri,... tapi...aku seperti tak bisa bicara tak bisa teriak,...dan aku merasa percuma untuk meneriakkan kata maaf berulang kali ...
Selasa, 24 Oktober 2000
Senin, 23 Oktober 2000
aku tak sabar untuk menulis ini,
hari ini proyek yang sebelumnya dipegang arief mulai aku pegang. sempat diam karena bingung ngeserasiin antara simbol ama produk-produk mereka, kucoba untuk menikmati dulu, gambar demi gambar ku potong-potong pinggirnya, bahasa photoshop-nya nge-crop image, pagi sempat grimis. dimulai sejak subuh matahari belum terbit, dan menyapa aku yang terjaga sejak pukul 11 malam, akhirnya selesai aku mengedit temuan baru ini. dan pagi yang segar untuk pulang, aku sempat ke wartel dan menelpon real, nggak nyangka ternyata real dari jogja ke malang bersama ibu rini dan adian.
Ooohhh !!!
semua sudah kukeluarkan
rasa ini ....
adalah rasa ketika aku sekolah SD
dan disuruh pak guru maju kedepan
rasa ini adalah rasa
ketika aku akan memulai sebuah pertunjukan
yah aku seperti akan memainkan peran
semua sudah aku keluarkan
aku sudah mengakhiri permainan
dan aku puas dihadapan penonton
karena aku bermain total
dibawah lampu-lampu panggung
warna biru kelabu
dan merah pada saat klimaks
aku telah bermain
didepan bangku-bangku
yang gelap yang kulihat
hari yang sangat cerah
pagi segar
langit hampir-hampir tanpa awan
benar-benar biru
kota kelahiran ini jadi begitu indah
gunung yang mengililingi nampak jelas semua
di barat, di timur, maupun di utara
dan daun pohon-pohon hijau menghiasi jalan raya
langit yang jernih, menjernihkan jiwa
hati sempat bertanya
hujan telah turun beberapa hari lamanya
mengapa hari ini tiada
Langganan:
Postingan (Atom)