Rabu, 30 April 2003

perempuan-perempuan yang diperjualbelikan dituntut terus membakar gairah di balik gelap malam di antara gemerlap lampu-lampu dunia gelap dipaksa minum alkohol berbotol botol mereka dibeli dinikmati dan ditinggalkan cintanya menggelinding membentur bentur dinding tak tentu arah diantara ratusan lelaki ratusan malam yang sungguh kejam teramat kejam mereka tak lagi punya senyum tak lagi punya derita yang ada hanyalah tawa tawa yang terpaksa lepas dari segala tekanan

Selasa, 29 April 2003

aku masih di sudut waktu ini entah ada atau tidak atau cuma aku yang selalu disudutkan bisa berulang sampai semua kata secara spontan keluar menjadi penyudutan-penyudutan pada dirimu kaupun marah dan ruang semua ruang hanya menjadi sudut seperti prisma tak beraturan memantulkan bukan cahaya tapi resah berpantul-pantul

Senin, 28 April 2003

ijinkan aku menyentuhmu dengan sebuah rasa yang bernama lapar bukan lapar yang mengawali semua resah dan kegelisahan tapi lapar dari dua perut yang telah menyatu menjadi satu laparmu seperti juga laparku dari siang hingga malam kemudian kita tersenyum kepada tuhan kadang tuhan menolong kita dengan sepotong ayam kadang juga sebuah hutang kita tersenyum saja tapi tak ada yang tau seperti juga waktu itu

Rabu, 23 April 2003

adalah jendela diantara dunia dan mimpi segala yang lewat menjadi pasti dan tak pasti daun-daun yang tak penah kita dengar bisikannya kedinginan malam ini tak ada lagi senja sebab semua telah gelap gulita namun kita bisa melihatnya jendela diantara ruang dan angkasa tanpa daun pintu meski sebenarnya berpintu tapi kau tak mampu membuka dan menutupnya maka kita membacanya tiada dari segala ada yah tiada mata kita lepas dari kepala berjalan-jalan menyusuri kerikil kerikil harap yang berserakan batu batu gerak yang terbeban tak ada api tak ada kayu sesungguhnya kita tak mengerti apa-apa di alam ini semuanya hanya lewat bergerak kemudian beranjak warna-warna usang yang tertempel di dinding kau tak pernah mengerti kenapa haya mata kita melihatnya tidak juga gerbang tanpa dinding itu gerabah gerabah tanah kemudian ada dari mana kita tak juga tau kita hanya berjalan dan dibawa berjalan berputar berputar
ketika melihat jam di dinding yang ada di mataku adalah hurum alif lam mim tetaepi pada waktu itu aku lupa harus mencatat jadwal kereta ketika aku sampai di jakarta tetapi dalam kaidah cinta tak ada yang menang dan kalah tetapi kita harus mengulanginya lagi agar kita cepat bosan pada kata tetapi yah kata tetapi kenapa kita berungkali mengulangi segalanya dengan kata tetapi kini mari kita pecahkan saja kata tetapi tetapi tetapi tetapi muak pada tetapi pada tetapi pada tetapi tulisan kita bukan alkitab bukan kisah-kisah juga bukan sejarah tetapi tidaklah memperanak ini dan memperanak itu tidak ada tamsil-tamsil mungkin hanya basil apa itu kau sudah mengerti barangkali ah mengulanginya lagi beputar ke belakang sesuatu yang mungkin menjijikkan yah mungkin itu tetapi sesungguhnya itu tak lain dari keindahan puncak dari keindahan tetapi tetapi lagi tetapi lagi luka oleh senja luka oleh merah ah tidak tetapi kau mendengarnya dan diam saja bunuh saja kata-kata yang tak kau ingin nafas dari semua itu putuskan denyut nadinya sekarang jangan besok kapan lagi kau mampu mengulangi akh

Selasa, 22 April 2003

maka apakah yang harus kau pertanggungjawabkan ketika kau dipanggil dan berhadapan dengan diriNya apa yang akan kau katakan apakah kau hanya menundukkan segala penyesalan dalam-dalam yah pasti tak lain itu yang kau lakukan kau tak kan kena tampar kau tak kan kena rajam tapi jiwamu sendiri yang merajam mu sendiri batinmu sendiri yang menamparmu sendiri !

Senin, 21 April 2003

maka berikan senyum yang kau congkel dari jantungmu !

Kamis, 17 April 2003

tuhan kaukah yang menurunkan hujan malam ini dan memberi lapar pada perut ini ? terimakasih
biarkan saja aku ingin menulisnya tak peduli lapar tak peduli kenyang tak peduli terkapar tak peduli telanjang jiwa ini mulai gugup jantung terus berdegup-degup aku ingin mencari angin aku ingin mencari udara yang terbentur di meja dan menjadi senyum perempuan tetapi perempuan mana yang kau maksutkan kegelisahan berujung sangat panjang bukan perempuan yang kau temui di jalan tapi perempuan perempuan yang menggenggam tangamu selalu tidakkah kau melihatnya di sebelah kiri dan sebelah tanganmu ia hanya membutuhkan cahaya kesadaran sebelum pergi ke sebuah istana cahaya dari segala cahaya mereka tak membutuhkan apa-apa selain langkah kakimu juga perlindungan pada dedak dadamu mampukah kau kau harus mampu

Rabu, 16 April 2003

mari kita menghilangkan segala tipuan pada bentuk-bentuk mari kita membunuhnya agar kita tak terbunuh hina dan dina dalam dunia seperti kata budha 'bentuk adalah kekosongan; kekosongan adalah bentuk, bentuk tidak berbeda dengan kekosongan; kekosongan tidak berbeda dengan bentuk' mari kita melakukannya
dialah yang lapar yang membutuhkan pegangan jiwanya resah jiwanya gelisah kegelisahan-kegelisahan yang sesungguhnya tidak perlu di wujudkan sebab sekarang waktunya dia harus banyak menguburkan segala kegelisahan keinginan keinginan yang tiba-tiba datang dan membayang simpan dan buang saja ingatlah begitu banyak yang musti ia lakukan yang musti ia rubah ... sebab mereka tak membutuhkan kata-kata mafa itu lagi meski berulangkali

Selasa, 15 April 2003

tetapi pada malam itu kita sama-sama bermimpi menaiki perahu sebelum kapal sebelum sampai pelabuhan orang-orang tiada lalu lalang tanpa nahkoda hanya awan dan air mata mengapa kapal ini begitu tinggi hingga kita bisa melihat seluruh pulau jawa yang coklat yang muntah kita bicara dalam lapar kita tidur dalam lapar terkapar dalam lapar semua tak gerak otak kiri otak kanan apa beda semua kita tak bisa melihatnya tertipu berulangkali juga dari mata juga dari telinga juga sampai hati kita masih lapar lapar lapar bukan pada pangsit mie tapi setidaknya roti atau nasi tidakkah mereka mengetahui mereka hanya bisa meludah dan memaki !
mungkin karena hujan dan senyum perempuan yang begitu menenggelamkan kita pada danau kebisuan hingga begitu dalam begitu dalam
seperti sakit dari dekat dinding seperti ngilu dari dalam dingin kita tiada bisa karena lapar karena lapar perut kosong sementara orang-orang mengunyah-ngunyah roti dengan lahapnya di depan kita

Senin, 14 April 2003

semalam aku mengingatmu ketika semua telah hilang dari balik pintu selimut yang terlipat serta baju-baju tak pernah aku hiraukan dari debu aku biarkan mereka telanjang diri tanpa almari juga jendela yang memberi ruang pada awan dan purnama barangkali kau juga menatapnya dari jendela kamarmu di ujung kursi yang tenag sebab malam memanglah tenang tapi tidak seperti hatimu pastilah kau rasa gundah seperti juga diriku akh kadang kita membutuhkan benturan-benturan hingga kita pecah karenanya pecah rindu pecah batu batu ! pecah jejak mu jejak ku selalu batas batas itu ketertekanan itu ketertekanan tekan tekan tekan tekan tekan hingga padam segala cahaya pecah segala kegelapan pecah segala kegundahan pecah hanya pecah seperti piring yang terjatuh botol botol yang terbenturkan di dinding dinding basah aku merindukanmu hanya itu hanya itu ... anak ku istri ku mengapa mata ku tak juga teduh mengapa jiwa ku belum juga bisa memelukmu ... jasad dan ruh ku belum juga bersetubuh tubuh tubuh tubuh tolong - huh sebuah pertunjukan dengan tokoh yang sungguh membosankan !
alirkan saja semua kata-kata atau mungkin ledakkan saja seperti sperma itu lebih indah !
mengapa kau tak mulai saja semuanya dari warna merah yah hanya merah tak ada hitam dan tak ada luka biarkan kau kembangkan mungkin menjadi biru atau kelabu tak kekal seperti batu-batu tidak hitam tidak juga biru setelah semuanya telah mengusam kita bisa membelah duka kota diri kata zina makna dengan warna warna cerah yang bergaris seperti pelangi biarkan saja ia membelah semua yang ada rasakan saja kalau kau memang ingin berubah keruh larutan itu perlahan lahan harus lenyap dan senyap tinggalkan sudah sekarang dengan merah jingga kuning hijau biru dan ungu atau apa saja terserah kamu
dari bawah tanah aku mendengar suara erangan kesakitan tapi entah siapa dari udara aku juga mendengar suara serupa ngilu keperihan tapi entah siapa kemudian ternyata suara-suara itu ada dimana-mana di balik bukit-bukit di atas ombak lautan diantara pantai dan badai sungai batu-batau juga debu di bawah meja di dapur dan ruang tamu di dalam dan di luar rumah tapi entah siapah itukah suara-suara yang membekas dari bekas-bekas peperangan yang ada setiap adanya peradaban dari abad ke abad mengalir dari waktu ke waktu luka demi luka terus menyambung dan terus menyambung ...
mengapa manusia begitu lemahnya terkalahkan kekuasaan sebuah tirani dengan segala kebusukan nya dengan segala uang dan keserakahannya bahkan sebuah pemikiran bisa diciptakan sementara kita begitu bodoh dan terus menerus menjadi korban yang dikorbankan

Sabtu, 12 April 2003

hahaha kini semua telah terjawab maka apa artinya gerakan turun ke jalan itu meski itu beribu-ribu orang beribu teriakan bahkan berjuta di seluruh penjuru dunia teriakan "hentikan perang!" mana yang berteriak itu ? semuanya hanya diam membisu hari itu perang telah dihentikan yah memang mana ada perang kapan sejak kapan tak ada perang itu tak ada mana ada pembunuhan mana ada pembunuhan semuanya itu hanyalah sesuatu yang memang harus dikorbankan bukan pembunuhan jadi sekali lagi tak ada pembunuhan untuk minyak dan memang tak ada semua hanyalah sesuatu yang harus di korbankan seruan seruan mu yang keluarkan di jalan-jalan itu kini semuanya membisu perang telah dihentikan tapi apakah semua telah selesai ? tidak itu baru saja dimulai yah peperangan sesungguhnya baru saja dimulai

Jumat, 11 April 2003

tamparlah wajah saya ma ! benturkan muka saya di meja ma !
keheningan mana yang selalu kau inginkan ? sungguh kau tak lagi membutuhkan itu ! justru kau lebih membutuhkan kebisingan-kebisingan ! suara desing-desing peluru, hentakan cemeti berkali-kali, suara siapa saja lalu lalang, juga badai deras lewat padang ilalang, akh jangan kau selalu mencari sebuah pembenaran dengan mencari kesalahan siapa saja yang kau inginkan, hanya terdiam di pintu terus termangu membatu, seharusnya kau menjadi debu dan tau dimana kau seharusnya berada, seharusnya kau menjadi anak panah atau peluru seharusnya seharusnya. semua suara membakar kesadaran semakin terang pada dirinya sampai ia berkata "ternyata aku hanyalah sebuah pegas yang begitu dungu dan bodoh yang hanya bergerak dan beranjak setelah ditekan tekan dalam-dalam"
jangan pernah meminta jangan pernah mengharap memberilah tapi jangan kau beri luka telan segala kepahitan dan tersenyumlah !

Selasa, 08 April 2003

"ayah kapan pulang !" suara suara itu mengiang-ngiang dan terpantul-pantul di gendang ruang telinganya
tetes demi tetes dari ujung botol terus menetes namun tak terdengar tetesnya kita hanya bisa melihatnya dibawah sinar lampu redup sesuau telah tumpah dari atas meja sisa-sisa kemarahan namun entah segalanya telah terdiam diam hanya diam ruang yang berlatar warna segalanya muntah begitu berantakannya dua tiga orang disana memendam segala yang terlintas dalam rasanya takut sesal gugup campur aduk segalanya tertahan kecuali air mata semuanya mengeluarkan air mata tetes demi tetes dari ujung mata terus menetes namun tak terdengar tetesnya
di tepi dinding itu ada jiwa yang sedang gelisah gugup gagab gugup gagab beredebar dadanya tak tenang tak karuan segalanya tertahan pikiran perasaan nafas detak-detak jantung kawan cobalah kau pegang tangannya lepaskan jiwanya bebaskan pikiran perasaannya lepasnkan nafasnya peluk peluklah erat hingga jiwa yang menggigil dingin itu hangat peluklah temani ia tidur temani ia temani ....
ayah kau mau pergi kemana hujan belum juga reda jalanan pasti becek dan basah keheningan itu sudah tak ada kini kau harus melangkah tidak kemana-mana tapi ke satu arah yah arah yang selalu luput dari pandangan kita arah yang selalu tertutup berpuluh bayangan tak karuan hitam merah kelabu biru jingga usang ungu kuning hanya cahaya kesadaran yang bisa menembusnya kau harus melangkah kesana tanpa meredupkan yang selalu saja meredup tak perlu membuang nafas besar atau melemaskan badan itulah sebenar-benarnya pilihan apapun resikonya apapun perihnya apapun duri perigi dan segala semak menjalar itulah jalanmu ayah itulah jalanmu !

Senin, 07 April 2003

karena itu percayalah bahwa aku tak ada tak perlu menungguku pulang atau menungguku pergi karena aku memang tak ada dan tak pernah ada !
permainan baru saja dimulai ia terlambat datang semuanya belum juga basah hujan menutupi semua celah-celah meruntuhkan semua angan semakin deras dan semakin deras ketika itu ia datang tanpa membawa apa-apa tak seperti yang mereka pikir sebelumnya ia datang dengan senyum tak seperti yang mereka bayangkan sebelumnya dengan golok mengkilat digenggam tangan nya nampak baru saja diasah tidak ia tak membawah apa-apa semuanya berhenti menatap kearahnya pada saat yang tepat ribuan malaikat turun dan membawanya ke tempat yang tak mereka jangkau tiba-tiba menghilang tanpa cahaya tanpa butir-butir debu jatuh hanya menyisakan wangi minnyak kaswari

Sabtu, 05 April 2003

aku mendengar suara-suara itu mengalir dari kegelisahan-kegelisahan dibalik pintu ketika semuanya membisu aku terus saja berjalan caing-cacing dijalanan mati kehabisan cairan aku masih mencarimu daun-daun gugur berserakan kemudian belalang coklat menemuiku dan berkata bahwa kau sudah meninggalkan kota ini lama sebelum aku pergi lebih lama dari kematian ayahmu lebih lama dari kematian penduduk kota ini satu-persatu ah kita masih saja harus menerima kemarau ini jalanan ini yang tak lagi berliku semua rata dengan sisa-sisa rumah terkutuk serbuan bom kita masih saja harus menerima peperangan-peperangan itu entah berapa banyak darah pernah tumpah di sepanjang jalan ini aku masih bisa mencium udara itu yang selalu mengingatkanku pada bau mesiu dan darah menjadi satu ... ah kemana dirimu tak ada siapa-siap lagi disini selain batu dan para tentara yang tak pernah kita kenal siapa mereka darimana asalnya ... mengapa keserakahan tak juga tiada .... aku harus meneruskan perjalanan ini mencarimu mencarimu
korban-korban sistem tenggelam dalam dentang-dentang kegamangan ada lampu yang menyala-nyala warna-warni gemerlap mengisi ruang padam dan nyala mereka yang terus saja gelisah mencari ketenangan dicarinya disana mengikuti kemana arus beranjak menuju pusaran tak berhenti mereka terkurung segala pertanyaan dijawab dengan satu kenikmatan dan seratus kegelisahan yang menimbulkan pertanyaan terus dan terus korban-korban sistem tak pernah terdampar dimakan peradaban menikmati segalanya dari dentuman dentuman irama gamang mencari kesejatian dari alkohol dan sperma semakin rapuh semakin lemah !

Jumat, 04 April 2003

ternyata semua hanya manusia biasa

Kamis, 03 April 2003

berhentilah bergerak sebelum kau beranjak kita telah memulainya dari kekosongan ruang-ruang tanpa ujung lurus dan bercabang dimana-mana asap dan sedikit cahaya permisi ada yang sedang lewat kau tak bisa melihatnya ia berbaju kelabu terus menatapmu rambutnya sebahu ia tersenyum sepertinya ia sudah lama mengenalmu maka kau tak perlu lari atau sembunyi meski segala yang datang lampu-lampu padam dan nyala ia terus mengingatmu kapan pun itu merindukan suara kehangatan jiwa dan tubuhmu berapa lama kau tak bersetubuh namun bukan hanya sekedar persetubuhan sebab persetubuhan hanyalah persetubuhan tak lebih dari itu tanpa cinta dan kasih sayang tetapi apakah cinta apakah sayang semuanya begitu menjemuhkan dan sungguh membosankan jika hanya dikatakan dan hanya diperdengarkan tetapi cinta adalah sebuah tindakan adalah sebuah tingkah laku hampir semua yang berkata-kata itu mungkin tak pernah merasakan hei siapakah kamu perempuan-perempuan yang terdiam di persimpangan ada suara air yang menderas dari kegelapan-kegelapan hidup kesejatian diri kesejatian diri kesejatian diri kesejatian segala kesejatian hidup sejati mati sejati tindak sejati sikap sejati sejati hening diam dan BERGERAK
tiba-tiba ada sebuah wabah penyakit baru bisa saja itu sengaja dibuat untuk memecah perhatian mata dunia agar tak hanya melirik ke iraq siapa yang membuatanya tentu saja yang berkepentingan tentu saja yang berkeuntungan ah dunia muak dunia muntah dunia berak dimana kedamaian itu yang menikmati hanyalah setan-setan raksasa perkasa serakah semua nya darah semuanya korban semuanya porak poranda siapa yang punya ia yang berkuasa ia berhak menggorok tiap leher anak-anak, para perempuan dan seluruh umat manusia kapan saja dimana saja tak ada yang menghalanginya jangankan gerakan-gerakan turun jalan itu yang kebanyakan hanyalah teriakan-teriakan gelisah akan mereka juga dirinya kebutuhan akan eksistensi kelompoknya kepuasan ketika mereka masuk diberbagai media mana ada ketulusan ketulusan itu omong kosong omong kosong larilah dan berhentilah ada tuhanmu tanyakan mengapa semua sampai begini yah mengapa dunia hanyalah menjadi induk ruang dari segala luka yang menganga begitu menjijikkan begitu menggiurkan lalat-lalata rakus gemuk dimana-mana menyerang luka-luka semakin menganga dan semakin menganga