Sabtu, 31 Agustus 2002

pernikahan adalah gerbang menuju kesejatian
tak ada benar benar tak ada coba kau lihat kedalam hanya kosong kotak itu kosong coba sekali lagi kau masuk kau akan rasakan sebuah kekosongan ruang gelap persegi empat dan ada cahaya masuk lewat pangkalnya kau bebas masukkan segala yang ada dalam hatimu tapi setelah rutinitas ternyata hatimu kosong seperti kotak itu tak lebih dan tak kurang juga segala yang kau pikirkan juga segala yang kaurasakan kau tinggal terduduk dalam kekosongan terdiam tertunduk

Jumat, 23 Agustus 2002

dan biarkan mereka tenang seperti bunga bunga pada padang rerumputan dalam keheningan

Rabu, 21 Agustus 2002

kami inginkan ia lahir dari dari sebenar-benarnya kehidupan dari kerasnya dari ganasnya agar ia siap ketika berada di bawah bukan dari kesunyian sungai-sungai tapi gelombang ombak di lautan bukan bentuk jiwa-jiwa melankolis tapi yang tegar bukan yang tersesat dalam deras rimba kehidupan tapi selalu berteman pada tuhan dan ada ketakutan pada kehidupan setelah kehidupan setelah kematian agar selalu menunduk tanpa membangga-banggakan dirinya karena tuhan tak pernah suka bukan yang selalu pamrih tapi sebisa-bisanya melepaskan itu bukan bukan bukan ini bukan kekangan ini bukan batasan alam punya hukum sendiri siapa yang melukai ia akan luka siapa yang memberi manfaat ia akan mendapat manfaat siapa yang menanam kelapa akan tumbuh kelapa
udara pagi adalah karunia seperti kesucian embum pada pohon cemara burung-burung gereja masih setia menyapa nyanyikan suara-suara kecil melompat kepagar turun kehalaman kemudian terbang bersama teman-temannya entah kemana anak-anak berangkat sekolah matahari melihatnya dan masih tersenyum apa kabarmu disana kau pasti habis jalan-jalan pagi sambil menggerak-gerakan tangan dan kaki menyertai adik-adikmu berangkat sekolah di ruang tamu ibumu di dapur hanya menannak nasi dan merebus air ia tidak masak lauk pagi-pagi hanya menghangatkan lauk kemarin ah kenapa kau tersenyum padaku
kini yang kita cari adalah kesejatian kesejatian pada kehidupan kesejatian pada kematian

Selasa, 20 Agustus 2002

mengapa ia tak juga berjalan panggilan tuhan telah datang tak ada yang memanggilnya kecuali tuhan bahkan dirinya karena setiap segala sesuatu menimbulkan sebuah panggilan meski pada lumpur pada ladang ilalang dan ludah begitu pekat siap menhujan seluruh badan ah kenapa ia lakukan
jiwa jiwa dalam kehampaan dalam kerinduan disini dan disana saling ingin mempertemukan menarik narik menjadi lingkaran berputar-putar bulatkan hasratkan tarik nafas perlahan

Senin, 19 Agustus 2002

jadi kenapa tidak segera kita mulai saja memukulnya perlahan lahan dari kiri dan kanan mendesaknya dari utara dan selatan karena ia telah terapung tak bisa tenggelam jiwanya dalam kekosongan tapi pikirannya penuh pikiran ia terdiam di ombang-ambing dalam arus waktu menuntutnya hahaha ia coba berlari lantas dikejar dan tertangkap senyum pada senyum tak ada kesombongan tak ada kesombongan kenapa kau bertanya tuhan tak pernah menganiaya dosa suatu ketika akan jadi derita setiap dosa adalah jawaban maka gerakkanlah tanganmu maka gerakkanlah kakimu dan tutup mulutmu

Kamis, 15 Agustus 2002

karena takut lapar kemudian ia membunuh dirinya sungguh sungguh sungguh sungguh kebodohan macam apa lagi sungguh sungguh airmata menjadi lukisan yang terpajang dalam ruang gelap karena takut lapar kemudian ia membunuh dirinya karena takut karena lapar karena lapar karena takut karena lapar karena takut karena ia membunuh dirinya karena takut lapar ia membunuh dirinya bodoh hukuman segera dijatuhkan tidak hanya pada dirinya tapi pada siapa saja yang dicintainya bodoh hukuman segera dijatuhkan tidak hanya pada dirinya tapi pada siapa saja yang dicintainya
tak pernah ada yang nyata dalam dirinya
15 agustus itu 7 agustus bertemu hujan mengenai tanah dan segala cuaca 3 agustus kau menghitung 31 agustus sebuah penantian 5 agustus mengapa berulang dan berulang 12 agustus tuhan membelai kita 9 agustus kita berpisah beberapa lama 24 agustus ada pastor tersenyum melihatku dan aku tersenyum membalasanya 14 agustus kemarin adalah keresahan tak perlu terungkapkan 17 agustus jauh kerinduan akan bapak yang telah tiada maafkan saya 2 agustus ada wanita wanita telanjang sungguh kejam 6 agustus kau lihat aku lihat kita terbaring di rumah sakit 8 agustus ketakutan kemarahan atasan bawahan gesa gesa kekalahan harus binasa 18 agustus aku merindukanmu kamu merindukanku 4 agustus airmata menjadi mataair bersamamu tuhan maafkanlah kami semua dosa dosa kami 10 agustus tangan bergetar jiwa gemetar maafkan saya pak saya belum bisa saya malu pak !
ratapan ratapan minta belas kasihan dari sang pengecut tak usa didengarkan ia bisa tapi tak pernah bisa ia mampu tapi tak mau kenapa ia tak juga melangkah ia akan mati dalam keraguan mati dalam penyesalan dalam kegelapan tanpa cahaya dan diam teror mencengkam dari hewan hewan kubur ular raksasa kalajengking lipan merambat perlahan-lahan dan menggigit sakit sakit sakit
aku lah penghuni neraka berputar putar jatuh menuju api yang membara karena tak bergerak semestinya harus bergerak karena takut karena akut pada jejak-jejak yang sebenernya tak pernah tetap beranjak di sana kelak aku akan terus dahaga dan minyak panas sepanas cairan besi dituangkan kemulutku yang terbuka dipaksa oleh malaikat-malaikat yang bertugas untuk menyiksa aku terbanting terpelanting menembus tanah dan batu-batu kubur hingga kapur dan magma kemudian ditariknya dan dilemparkannya lagi begitu berulangkali
dalam suratnya yang baru ia terima sore ini ia baca tulisan : " tuhanku adalah tuhan dari segala tuhan, tuhan yang satu tidak dua dan tiga, semua tuhannya manusia tunduk padanya, tuhanku tuhan dari segala tuhan, tidak beranak dan diperanakkan, tidak menjelma menjadi makhluk, dan tidak diam "

Sabtu, 10 Agustus 2002

seorang menari seorang menari kenapa kau sekarang suka mengulang ulang menunggu dan membisu sementara di seberang sana ada suara suara lepaskan aku diperkosa oleh semua yang aku tahu oleh semua yang menuntutku ha ayo bangit ayo bangkit kau dengar suaranya sudah semakin parau tapi energi masih menyala di endapan jiwa yang mengental kemudian kata kata itu berdatangan kembali kau belum lagi apa-apa, kau belum lagi apa-apa, kau belumlah lagi apa-apa berulang dan berulang lantas kau maish menelan ludah ?
mengalirkan nuansa warna yang ada hanya gelap muram tak ada terang membentuk gunung membentuk tanah tanah coklat gelap kering perempuan terkulai di depan telanjang hanya itu hanya itu pandang mereka dalam dalam
terputus semua asa apakah kau putus asa saat kau tak mampu hanya berharap pada sang penguasa lampu lampu meredup hampir menghitam jiwa jiwa terkulai hampir tenggelam dalam kedalaman menunduk kepala menanti jawaban karena ia bertanya lagi lagi pada dada yang semakin sesak kehilangan udara dan darah aku merapuh aku terkulai aku binasa

Kamis, 08 Agustus 2002

karena kaki ingin melangkah kemudian hujan karena perut sudah sangat lapar kemudian hujan karena penantian semakin pudar kemudian hujan karena bayangan masih saja hitam kemudian hujan karena kematian kian dekat kemudian hujan karena kau tak pernah tau kemudian hujan karena kita saling merindukan kemudian hujan karena tak ada dan tak pernah ada kemudian hujan karena api masih membara dan menghangatkan tak ada hujan
serdadu serdadu tinggal kaki kaki menderu menerbangkan debu menghampiriku menghampirimu melewati ulu hati pertama pelan kemudian menyakitkan seperti sayatan belati memori adalh sebuah jalan panjang yang sewaktu-waktu datang menerjang membentangkan layar menyelimuti kepala tak bisa kemana-mana sepatu sepatu serdadu melangkah dan menderu menuju jantung hati kemudian mengikuti aliran darah ke tangan dan kaki kemudian lambung kosong menusuk merunduk membekuk kesakitan adalah balasan karena tindakan memiliki ekor yang panjang setiap tindakan
pengamen pengamen perempuan di bis kota bernyanyi gitar di tangannya kegetiran didadanya ah mana ada kegetiran tak ada kegetiran itu hanya warna mungkin hitam tapi udara bisa menghapusnya meski jejaknya tersimpan di jantung dan berdetak terus berdetak ia bernyanyi ia gelisah menuntut lewat suara mungkin pada lelaki yang pernah meninggalkannya mungkin pada suaminya dan semua hanya menatapnya dengan telinga tak sampai pada dada
kemudian kemudian berlarilah meninggalkan ada yang kencang yang lepas jangan simpan ketenangan sampai tembok itu lalu kembalilah menuju ada dengan sesak pada dada detak tak teratur kemudian menulislah menulislah dengan lapar menulislah dengan serakah menulislah dengan mulut terbuka menulislah dengan wajah pucat pasi menulislah menulislah hingga hilang kata hingga hilang merah karena kata bagimu adalah darah

Minggu, 04 Agustus 2002

tangan ingin menulis lagi diantara ketakutan getaran-gemetar jantung menggoyangnya ia tulisakan kata terbata-bata dalam putih dalam hitam patah-patah meski kaki ingin berlari meski tangan ingin bergerak berputar menggelinjang tak terkendali meski mulut ingin teriak sekeras-kerasnya sepanjang-panjangnya menembus embun dan kabut di hutan tapi detak tetaplah detak ia jadi pengendali tangan tak kuat lagi terbata-bata menuliskan kata patah-patah
hanya angin membolak-balikkan badan dan kesunyian dari jauh ia mendekat melipat-lipat kiri dan kanan ke arah mu ke arah tujuh mata angin tak lagi delapan penjuru kehilangan satu kehilangan keseimbangan lalu semua manusia terjatuh dalam kesunyian berteman debu dan batu-batu terseret perlahan diantara dedaunan kering pohon bambu menggelinding dan menggelinding karena angin yang datang dari jauh menerbangkan angan dalam kesunyian

Sabtu, 03 Agustus 2002

ibu kehilangan semua anggota keluarganya berbekal baju-baju kain di ikat dalam buntalan memakai topi petani berjalan ke kota dan ke kota yang ia beri adalah senyum meski kau sesak meski semua sesak adalah kekuatan yang tak terlihat ia punya kekuatan kau dan mereka tak mampu melihat
ingat, kau tak perlukan lagi eksistensi itu sebua harus segera dibuang ke seberang kau kan bisa menatap kuat-kuat tanpa pegangan kayu atu logam merah atau hitam kalau kau rapuh kenapa tak jadi saja kau debu ia bisa melayang tak pernah terjatuh atau tertabrak atau mungkin air hujan yah air hujan kau bisa melanjutkan ?
semua sujud pada pencipta seluruh makhluk hidup atau tak hidup pada segala lorong langit dan bumi laut menyebut tuhan satu tak ada yang lain ingat apakah kau ingat itu semua kata-katamu sebelum kau pergi lama dan kemudian menghilang beribu-rubu tahun entah kemana ada yang bilang kau lari ke hutan ada yang bilang kau menyelam ke lautan dan ada yang bilang kau melayang ke angkasa menyapa matahari menemui bintang-bintang lalu kau tidur di bulan pada suatu malam mereka lihat wajahmu nampak di bulan ... ah kenangan yang hampir saja terlupakan

Jumat, 02 Agustus 2002

kelaparan, siapa yang menciptakan kelaparan ? aku dipaksa oleh diriku sendiri KENAPA TAK BOLEH MENULIS "AKU" karena aku adalah dirimu begitu katamu karena dengan mengungkap tentang 'aku' tak akan ada ungkapan tak juga ada ruang tentang rakyat-rakyat miskin dimana-mana, tentang kelaparan disetiap tampat yang tak dapat kau lihat tentang perang tak juga henti dan puluhan juta korban tentang yang tertindas dan menindas tentang kematian tentang keterpaksaan dan segala tentang yang berada diluar dirimu MAKA TAK ADA KATA AKU seharusnya jika kau ingin menuliskan tentang jiwa-jiwa yang terinjak dan tertindas keras deras
seharusnya kau menyapa persetan dengan semua yang kita rasakan seharusnya kita menyapa karena semua sudah terjawab ada yang terulang dan mesti pulang meski kau senang dan berdendang jiwa hanya senyum dan setiap pada jawaban ada sebuah penyesalan bergulingan bergulungan seperti kertas-kertas yang menyimpan segala yang terjejak seperti berkas-berkas yang kau tak pernah tau aku tak pernah tau tapi semua telah tercatat nasib kita esok sial bencana atau bahagia lantas apakah semua bisa terubah hanya senyuman yang pantas menjadi jawaban
kegelisahan masih tumbuh subur diantara pohon-pohon cahaya rumput merambat merayap di setiap detak jantung berdegup belum juga berhenti alirkan darah alirkan udara aku biru aku merah kalau memang sudah tiba waktunya tiba-tiba kita akan cemas bergetaran menunggu menanti tak tau tak gagu siapa yang akan menahan kita masih membutuhkan pertolongan