Pada akhirnya ruang ini lepas dari makna 'goresan harian' sendiri. Ini bukan hanya goresan tidak juga harian. Ketika saya membutuhkan tempat, ini menjadi ruang untuk bersuara atau diam, mewarnainya dengan yang ada dalam dada atau diluar dari diri, mungkin lebih banyak tertuang kegelisahan dan berputar pada yang itu-itu saja, menunjukkan betapa jauh diri ini dari kata sempurna, tapi setidak-tidaknya bagi saya ini adalah sebuah catatan kecil tentang perjalanan.
Sabtu, 29 Juni 2002
dan semua hanya bisa tersenyum hal-hal yang dulu begitu diimpikan kini menjadi sesuatu yang terbuang bahkan tak terjamah sementara kau tadi malam mimpi kura-kura lubang kegelapan kereta api ketegangan berjalan kedepan kebelakang kenapa dipertanyakan seharusnya biarkan seperti rumput-rumput dekat kuburan dan lapangan yang coklat angin tetap saja datang menyapa setiap kau rasakan setiap yang datang yang pulang yang terbuang
Jumat, 28 Juni 2002
Kamis, 27 Juni 2002
Selasa, 25 Juni 2002
pertandingan hidup mati
korea dan jerman sedang berlangsung
disini tak ada ketegangan
karena mungkin tak ada televisi
yang ada hanya gambar-gambar
orang-orang berteriak dengan
berbagai warna menghiasi
sebagai bagian dari pertunjukkan
sebagai semua latar gambar
yang nampak hanyalah
bangsa asia yang begitu ambisius
sangat sangat ambisius
ah mungkin juga bisa disebut
sebuah kesombongan ...
aku yakin semua
disana mereka sedang gemetar
Senin, 24 Juni 2002
Kamis, 20 Juni 2002
karena mereka telah lalui masa-masa bersama
dalam wajah-wajah menghias kisah-kisah
yang tersimpan dalam jiwanya dalam jiwanya
terlebih dirinya sebagai wanita ...
yang telah kehilangan yang penuh harapan
matahari telah padam matahari telah padam
karena semua cerita pada dirinya
telah dicabut cerabut sampai ke akar-akar
begitu saja luka tentu saja ...
karena ia telah ditinggalkan
dengan satu alasan yang amat ringan
namun ia tak bisa melawan tak bisa melawan
dan ia sendirian menghadapi segalanya
dengan kerapuhan dengan goncangan
baru saja ia menelponku dan menangis
ia tak mendengar semua kataku ...
ia hanya ingin aku mendengarnya
ia hanya ingin aku ikut merasakan lukanya
Selasa, 18 Juni 2002
awan masih mendung gelap gelap benar benar gelap hanya angin dan pasir yang berterbangan menemani kekosongan sebuah penantian sebuah pengharapan orang-orang berkumpul di sebuah tanah lapang.......dan kemudian dari orang-orang yang berkumpul itu muncul pertanyaan dengan suara yang parau "Tuhan, bolehkah aku selalu menyalahkanmu ? karena hanya kamu yang maha mengatur atas segala sesuatu dan hanya kamu yang menentukan nasib setiap makhlukmu, jika kami sudah terlanjur melakukan kesalahan itu dan akibatnya sampai seperti hari ini, bukankah itu tak lepas dari segala kekuasaanmu, mengapa kau melemahkan jiwa kami hingga kami melanggar larangan-laranganmu ?"
Senin, 17 Juni 2002
Sabtu, 15 Juni 2002
lembaran-lembaran masa silam
yang tak pernah terjamah
datang berbondong-bondong
mengetuk-ngetuk kepalaku
memaksa mataku, telingaku
perasaanku untuk menangkap
apa yang telah lama tak terungkap
nuansa-nuansa asing di jiwa sendiri
aku melayang tak tersadarkan ...
merasa asing pada setiap
apa yang telah aku lewati
Rabu, 12 Juni 2002
Selasa, 04 Juni 2002
endapan-endapan pada akhirnya memang mengendap hadir ketika kejenuhan-kejenuhan bertemu menjadi satu bercanda dan saling berjabat tangan kemudian melingkar menari-nari diatas kepala kita ketika kita duduk diam seharian dan membungkuk dan sesaklah nafas dari tubuh ke udara maka sesuatu dari belakang terus saja menarik pada dirinya dan siapakah bayangan putih yang sedari tadi menunggu di luar jendela roh siapa ?
Langganan:
Postingan (Atom)