Pada akhirnya ruang ini lepas dari makna 'goresan harian' sendiri. Ini bukan hanya goresan tidak juga harian. Ketika saya membutuhkan tempat, ini menjadi ruang untuk bersuara atau diam, mewarnainya dengan yang ada dalam dada atau diluar dari diri, mungkin lebih banyak tertuang kegelisahan dan berputar pada yang itu-itu saja, menunjukkan betapa jauh diri ini dari kata sempurna, tapi setidak-tidaknya bagi saya ini adalah sebuah catatan kecil tentang perjalanan.
Sabtu, 29 Maret 2003
seperti dirimu aku telah sampai dan berhenti disini sebuah ujung perjalanan jurang yang dalam dan curam dari atas lembah telanjang dengan kesunyian segala sesuatu disini menyentuh rasaku aku ikuti aku dengarkan mencoba pahami tentang pesan-pesan yang datang sebelum kembali pergi seperti hawa yang menjadi udara aku sendiri dalam rubung daun-daun basah dimana dirimu mengapa aku selalu bercerita tentang dingin dan kesunyian ?
Jumat, 28 Maret 2003
pernikahan adalah sebuah tattoo menikah sama saja dengan merajahkan tattoo diseluruh kulit tubuh diseluruh isi hati atau tepat di detak jantung ia telah merajahkan ia telah memilih maka tattoo yang telah terajah tak akan bisa terhapus terbawa sampai akhir hidupnya pernikahan adalah tattoo yang melahirkan segala kata dari segala mata maka jangan takut kau rajahkan tattoo juga pada sekujur tubuhmu :)
Sabtu, 22 Maret 2003
hanya ada satu keheningan dan segela ketidakberdayaan ... lapar ... tapi tidakkah kau berfikir bahwa lapar juga yang mengakibatkan peperangan terjadi di dunia ini ah ... lapar kami adalah lapar orang miskin yang 3 hari ini belum makan karena tidak punya uang bukan lapar konglomerat yang tiap hari bertumpuk2 makanan di meja makan nya tapi tetap lapar .. itulah ketidakberdayaan kami ...
Jumat, 21 Maret 2003
kau tau mengapa setiap malam ia selalu pulang sebab kekasihnya selalu menunggunya di kamar mereka tak bisa melewati malam tanpa pertemuan itu yah hanya sebuah pertemuan pertemuan yang mengajaknya untuk berbagi kehangatan tidakkah kau tau mereka hanya tidur dan saling berpelukan dari petang sampai fajar dan esok mereka mengulanginya lagi tetapi pelukan itu sangatlah berarti tak ada kata yang mewakili tak ada benar-benar tak ada ... dimana semua getaran dan segala kegelisahan tiba-tiba meredam meredam diam diam hingga yang terdengar hanya denyut jantung bergantian ...
hari itu ia ingin berhenti bicara tentang tuhan sebab kata-kata tetaplah kata-kata tak akan menjadi apa-apa hanya sebuah kata-kata lihat mulutnya sampai berbuih bicara tentang tuhan, tentang agama atau norma-norma tapi tak ada yang tau dibalik itu ia pengunjung tetap sebuah pelacuran tiap malam ia menyetubuhi perempuan perempuan bergantian kadang dengan dua sekaligus bahkan lima tapi tak ada yang tau tapi tak ada yang tau dan untuk apa kata-kata tentang tuhan itu lupakanlah saja jangan melukisnya hanya dari kata-kata hanya kata-kata
mengapa sebuah perceraian tidak diharamkan saja ? ia ingin menanyakan pada tuhan tapi apakah dia sudah mencari sebelum pergi menghadap tuhan tentu tuhan tak akan menemui sebelum ia mencarinya sendiri seperti murid-murid socrates yang selalu diajarkan bagaimana mencari dan mencari tak ada yang mentah semua musti dikunyah dicerna lalu ditelan yah pakai gigimu pakai enzim-enzim dalam perutmu pakai otakmu yah kenapa sebuah perceraian tidak diharamkan saja ?
sesungguhnya perang itu tak ada semua hanyalah kerakusan yang membiak kemudian meledak kenyataanya tak ada perlawanan yang mampu melawan satupun siapapun darimanapun mulut raksaksa itu terlalu besar untuk menelan segala isi dunia serakah terlalu serakah dan sesungguhnya perang itu tak ada semua semakin jelas bahwa hanya ada satu kekuatan hanya ada satu raksaksa dan tak ada yang mampu mengalahkannya ...
Rabu, 19 Maret 2003
kita telah mengisinya satu-persatu dari minggu ke minggu perjalanan kita begitu melelahkan mengapa seseorang berkata bahwa suatu ketika diantara kita ada yang berlari dan meninggalkan iktan-ikatan ini tidakkah kau percaya itu suara-suara telah beruntun runtun datang menjenguk dan meludah pada wajah kita kita pun diam saja mengapa mengap akau selalu percaya aku tak pernah mengulanginya aku akan berhenti pada deretan tanda-tanda itu dan memulainya lagi dari yang baru namun segala yang jelas menunggu meski kita tak berbekal apa-apa kita berjalan saja tuhan nya tuhan bersama kita
tolong beri kami ketenangan saat ini saja kami mohon tolong ketenangan dari segala kegelapan ketenangan dari semua kesehatan sebab kami telah hilang disini lampu-lampu tak ada yang bisa dinyalakan perut kami terisi angin dan segala penyakit segala kebusukan kami muntah kami lelah tolong beri kami ketenangan sekali ini saja kami mohon !
Selasa, 18 Maret 2003
Sabtu, 15 Maret 2003
seperti hujan yang menumbuhkan daun
mereka datang dan membangun
ruang-ruang bermekaran hijau putih jingga
"aku merindukanmu aku merindukanmu"
tiba-tiba saja seorang laki-laki datang
tak membawa apa-apa kosong telanjang
kini tak seorangpun mengenalinya
ia telah kembali hadir disini
lelah dan bangun dari mimpi-mimpinya
cerita ini sampai pada sebuah kereta api dari blitar menuju surabaya penumpangnya sesak berdesak petugas stasiun menjual karcis jauh melebihi banyaknya jumlah kursi dan penumpang yang baru naik dari stasiun malang masuk berebut ruang padahal tak ada ruang mereka mencari barangkali ada kursi di gerbong bagian depan sampai suatu waktu itu tak terlihat lagi penumpang yang berdiri di belakang kini belakang punya ruang hanya beberapa pedagang asongan yang berhenti disitu barangkali sekedar istirahat setelah setangah hari mondar-mandir dari gerbong ke gerbong dari lorong ke lorong ... ada suara musik masuk seorang pengamen datang membawa kotak speaker dan mikrofon dengan suara yang besar dan pecah seperti terlihat mata juga yang terdengar ia berhenti disitu dan bernyanyi ... musik dangdut ...syahdu... para asongan perlahan beranjak mendekat mengelilingi sang pengamen itu ... semuanya terdiam dan mendengarkan ada beberapa yang bibirnya ikut bernyanyi, ada yang mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang kumal, mereka semua terdiam ....khidmat ... seperti umat muslim sedang mendengar ceramah di mushola ... atau umat nasrani sedang mendengan khotbah di gereja .... ah ... aku terkesima ... aku terkesima
Jumat, 14 Maret 2003
yah politik bukanlah permainan
ia mengenal darah tapi tak mengenal luka
ia mengenal pembunuhan tapi tak mengenal duka
disana-disini rumah, pertokoan, dan tempat ibadah dibakar
itu bukanlah suatu kebetulan atau kecelakan tapi kesengajaan
suatu waktu daerah-daerah ditumpahkan darahnya
aceh, ambon, pontianak, sambas, dan tak tersebutkan
itu bukanlah suatu kesalahan tapi kesengajaan
orang-orang hilang atau tiba-tiba mati dijalanan
itu bukanlah suatu kebetulan tapi lagi-lagi kesengajaan
kita semua sudah muak dan berkali-kai muntah
tapi pembunuhan, penculikan, peteroran, pembodohan
tetap saja terjadi dan terus menerus terjadi
lalu suatu ketika yang lain orang-orang yang diatas itu
menampakkan wajahnya, menampakkan ibanya
menampak-nampakkan bantuannya ...
berpura-pura menjadi nabi sungguh lihai sekali
ah makan saja daging kami makan saja daging kami
minum darah kami gali gali dan gali terus ambil saja
bunuhlah kami bakarlah kami ..... JANCOK !!!!
Rabu, 12 Maret 2003
di sebuah rumah megah di ujung perempatan itu suatu malam ketika lewat aku mendengar suara teriakan suara jeritan terasa menyayat terasa mengiris tapi malam pun diam dan rumah-rumah elit disekitarnya hanya tenang aha apa yang terjadi bukankah semua orang bermimpi untuk tinggal disana sementara yang terasa hanyalah kegamangan dan kengerian mungkin saja bunyi teriakan itu ada setiap malam mungkin ada seorang perempuan yang disiksa disana
Kamis, 06 Maret 2003
Langganan:
Postingan (Atom)