Minggu, 29 Oktober 2000

kemaren, sepuluh pagi mikrolet biru, sebelas duabelas siang bis surabaya, sedih tidak bawa uang untuk bayar pengamen, minuman kaleng di surabaya, krian, supir berantem dengan seoarang supir mobil kijang, bis berhenti turun di kantor polisi, akhirnya semua penumpang diturunkan dikembalikan uangnya dan dimohon untuk menumpang ke bis lain, jalana besar mobil-mobil besar berjalan lalu lalang cepat-cepat ketika menyebrang buat semua bergetar, bis lain ke surabaya, mogok di bengkel, mikrolet hijau menyelamatkan kami, berhenti di garasi bis surabaya-jogja, sore... surabaya mendung, hujan, deras, terminal basah, bis lekas penuh berangkat sudah pukul 4 sore, sangat lambat, terjebak dalam kemacetan, sabtu waktu pekerja pulang kampung, hujan, merambat, lambat, lelah, ngantuk, lapar, air putih, malam, berjalan, tidur, tertidur, pukul 1/2 sebelas malam kencing di toilet terminal solo, berhenti, ... bis ke jogja nggak ada, keluar kesana-kemari, berharap ada warnet menyelamatkan kami, tiga-empat bis surabaya jogja melewati kami, dan menyapa dengan debu2 tinggi bertebaran, kami kembali ke terminal, berlari masuk ke bis pergi ke jogja, tarif kurang Rp 100, pikil 1/2 satu kaki menginjak tanah terminal jogja, wartel bisu, penjaga tertidur kakinya di atas kursi, aku numpang cuci muka, ada dua ibu juga baru datang anaknya menjemput, dia pasti anak mahasiswa dan dilihat ngomongnya orang luar jawa, jogja memang kota orang dari mana-mana, berjalan berharapa ada warnet, berjalan ngawur, tak tau mana utara, mana barat mana selatan, para supir taksi, pak becak mengajak juga sama seperti di terminal solo, ada warnet ada teman, makasih rufus, zam dan arief bisa tidur malam ini di rumah kamu, sebelum mengelilingi jogja malam yang sepi sepanjang ring road selatan utara, joga sianga ini seperti kemaren, malioboro mulai belajar menghilangkan kendaraan bermotor, khusus untuk pejalan kaki, alhamdulillah pontianak mulai baikan.