Pada akhirnya ruang ini lepas dari makna 'goresan harian' sendiri. Ini bukan hanya goresan tidak juga harian. Ketika saya membutuhkan tempat, ini menjadi ruang untuk bersuara atau diam, mewarnainya dengan yang ada dalam dada atau diluar dari diri, mungkin lebih banyak tertuang kegelisahan dan berputar pada yang itu-itu saja, menunjukkan betapa jauh diri ini dari kata sempurna, tapi setidak-tidaknya bagi saya ini adalah sebuah catatan kecil tentang perjalanan.
Senin, 20 November 2000
matahari tersenyum tak kelihatan, mukanya murung tertutup awan, dingin jalanan masih sepi hanya beberapa mobil, anak-anak jalanan duduk-duduk di trotoar sambil menggantung mimpinya di atas-atas kabel yang mereka lihat, peremapatan jalan yang membosankan, hanya kuning, hijau, kuning lagi lalu merah dan seterusnya, dari aku kecil dulu juga tetap seperti itu...pak pak sayur aku doakan kau agar laris daganganmu yang kau bawa di belakang sepeda pancal yang reot tapi kuat memandang hidup, di aterus berjalan, pak tua oh pak tua, bapak begitu rajin berolahraga, jalan pagi-pagi melewati taman kota, ah aku tau, pasti sampai di rumah, nenek telah siap menyajikan kopi dan kue-kue basah yang baru dibelinya dari ibu yang biasa menawarkan kue di bakul yang di gendong dibelakang punggungnya, dan jam segini terlalu pagi, aku tak bertemu dengan anak-anak SMA yang berangkat sekolah ...