Senin, 27 November 2000

Selamat Datang Wahai Ramadhan tubuhku berisi setan dan bulan ini aku benar-benar berperang untuk melawannya kalau bisa membunuhnya... tapi entah ada berapa setan dalan jiwaku mungkin satu, sepuluh atau limapuluh setahun yang lalu menjelang maghrib ramadhan aku keatas rumah keluar pintu keluar jendela aku menatapi langit dan aku lihat barisan awan gelap dan tebal teramat-amat besar berwarna merah menjijikkan dan mengerikan semakin jauh semakin sempit seolah mereka antri memasuki pintu yang kecil yah inilah gerbang ramadhan hati menyimpulkan batas bulan yang kudus dan bulan-bulan yang lain dibulan ini Tuhan berkali-kali menurunkan hujan maya hujan rahmat, hujan hikmah, hujan pengampunan dosa mimpiku saat itu kira-kira berhenti disana lalu aku lihat ke bawah anak-anak cina dan melayu menyalakan mercon besar-besar dan tertawa dan ditahun ini aku tak keluar jendela hanya nampak diantara jemuran atas rumah, langit begitu tenang maghrib...menit-demi menit sampai pada adzan berikutnya langgar penuh dengan muslim bahkan aku yang lama tak sholat di langgar mendapatkan barisan paling belakang Tuhan semalam aku bersujud kepadamu bersama masyarakat lingkungan rumahku aku mersakan kembali rakhmatmu meski mungkin tak sekuat dulu Langgar dikampungku berisi orang-orang murni orang-orang mereka terbentuk dan membentuk ada yang dosen, banyak yang pedagang ada yang pernah keluar-masuk penjara ada yang sering merantau ada mahasiswa ada anak-anak SD dan anak-anak yang aku anggap dulu kecil sekarang sudah SMA ada yang bekas peminum dan telah bertobat ah alangkah indahnya langgar penuh dan malam itu mereka bersujud kepada-Mu bersama-sama subuh, rumah-rumah hidup diwaktu subuh ibu, bapak, dan purtinya yang lucu selamat sahur aku juga mereka tak ada kelebihanku di hadap-Mu aku juga makhluk penuh dosa tubuhku berisi setan dan bulan ini aku benar-benar berperang untuk melawannya kalau bisa membunuhnya... tapi entah ada berapa setan dalan jiwaku mungkin satu, sepuluh atau limapuluh Selamat Datang wahai Ramadhan