Jumat, 15 Maret 2002

monolog pada sebuah panggung: aku telah terkurung tak lagi bebas bergerak, berkata-kata, menulis, berteriak, ludahku telah kering ah kapan jeruji kawat berduri ini datang lagi mengurung diri ini, ah kenapa lampu kuning itu semakin redup dan beranjak menjadi merah, kenapa semuanya telah hilang benda-benda yang kemarin ada jadi meragukan keberadaannya apakah semua telah jadi kekosongan jadi kehampaan yang menyatu bersama mengurung dan mendesak aku sesak-sesak tapi haru berontak sebelum aku terkapar sebelum memerah semuanya sebelum suara-suara yang lalu datang lagi berbondong-bondong merampas kebebasanku aku harus bergerak aku harus pecahkan semua ini lepaskan semua jeratan ini wai kekosongan jangan kau tertawa kepadaku wahai kegelapan kau akan kukalahkan wahai kehampaan kelak kau harus aku isi dengan sesuatu yang bisa merubahmu menjadi sebuah kesederhanaan aku hampir terkapar tidak tapi tidak tidak aku hanya merasakan keheningan ini menjadi temanku tapi ah ah aku harus mencari dalam ruang-ruang tak berbatas mencari isi mencari bentuk kehangatan cahaya, Tuhan