Senin, 14 Juli 2003

permintaan maaf itu yang keberapa kalikah kau ucapkan pada daun pintu dan daun-daun rumput di pojokkan diding rumah bambu impian kita sejak kau mau bergerak ke sana sampai tak kau sentuhnya setiap waktu juga kau lakukan kesalahan itu kesalahan yang sama yang tak juga kau sadari tak juga kau sadari kau bilang pagi itu hanya pagi itu padahal itu sudah pernah kau lewati dan kau ulang-ulang lagi kau bilang malam itu dan tak akan kau ulangi lagi tetapi sama saja tetap saja kau sudah pernah melakukan kemudian minta maaf maaf maaf dan minta maaf lagi kenapa kenapa kau tak juga mau mengerti sedang kau selalu dan terus paksa dirini ini untuk mengerti mengapa kau selalu menyudutkan aku dengan pertanyaan dan peryataanmu juga kegelisan kegelisahanmu sepeti keluargamu penyudutan dan pemaksaan yang mereka lakukan berulang-ulang lagi lagi dan lagi terus terus dan terus dengan picik dangan licik mengapa kau meminta maaf lagi : seseorang telah menuliskan dalam catatan-catatan lendir yang tak juga keluar dengan dahak yang tak basah atau dengan ludah__