Senin, 13 Desember 2004

rumah yang penuh konflik

semua penghuninya penuh tekanan dan tuntutan yang tua tidak mengerti akan tuanya dan yang muda tidak mengerti akan mudanya, merasa bahwa apa yang sedang dijalaninya semua baik-baik saja, padahal semua tida ada yang merasa tenang sedikitpun, semua ingin dimengerti, semua ingin sesuai dengan apa yang dimauinya, meskipun dengan paksaan, hati yang suci menjadi kotor dan benar-benar kotor karena pikiran yang tak lagi jernih, latar belakang yang begitu gelap, impian-impian yang muluk-muluk, seperti semut yang setiap hari membayangkan dirinya menjadi gajah, padahal semut itu tak punya apa-apa, jangankan keajaiban, sesuatu yang berarti dan setia saja tidak ada ...rumah penuh konflik sebenarnya hanya beberapa orang saja yang mendominan, yang lain hanya sabar, mengalah dan keluar satu-persatu, padahal mereka punya hak, tetapi untuk apa? biarlah Tuhan yang menyelesaikan semuanya ...