Jumat, 08 Februari 2008

bagaimana pertanggunganjawab

kemudian ada yang terlintas dalam hari-hari dalam kepalanya: "inilah aku, yang tak pernah berpikir apa-apa hanya melihat apa yang ada, itupun seringkali salah, sebuah sikap diam yang sungguh gila, bagaimana pertanggunganjawab diatas sana, emosi dalam diri yang seringkali tercurah muntah-muntah dari dalam diri di hari-hari yang hitam yang merah, memuncrat dihadapan wajah-wajah titipan, surga-surga yang tiap hari hadir menyapa, membangunkan tiap tidur di subuh, dan mengisi ruang-ruang, antara angan dan kenyataan, bagaimana dan bagaimana, karena semakin banyak apa yang teruncap, semakin banyak pula penyesalan yang tertancap, karena diam itu tidaklah mudah, karena menahan amarah itu tidaklah gampang, bukan angan-angan tetapi kenyataan, ia yang selalu menunggu dari balik jendela menunggu kedatanganku, ia yang selalu bertanya kapan waktu bisa mempertemukannya denganku, ia yang selalu yang selalu yang selalu, ah hukumlah diri ini ya Allah, ampunilah kami ya Allah, apa artinya sujudku jika aku tidak bisa menjadi aku!"