Kamis, 30 Desember 2004

Aceh, bumi mencintaimu!

barangkali bumi ini sudah sangat dan begitu mencintai rakyat ACEH, rakyat tak berdosa yang berpuluh tahun hidup dalam penindasan kekuasaan, hidup dalam bayang-bayang kekuatan yang tak mampu mereka lawan, mereka sudah berpuluh tahun menjadi korban, belum lagi pemimpin negara silih berganti, kebijakan yang berganti, tetapi apa yang berubah?, tak ada, hanya memperpanjang ketegangan, memperdalam sumur tanpa dasar, memperbesar bayang-bayang kekuatan yang tak terkalahkan, dan mempertinggi bukit tengkorak dari para pemberontak, darurat lagi darurat lagi, sampai gubernurnya mendapat fitnah, lengkap sudah lengkap sudah (wilayah yang memang dibuat begitu adanya biar para penguasa bisa bermain dengan kekuasaannya), bumi sudah sekian tahun menyaksikan ketidakadilannya, mengasihani yang tak berdaya, rindu untuk menjemput, kerinduan yang akhirnya tak tertahankan, kerinduan bumi untuk menjemput rakyat ACEH sudah tiba waktunya, rakyat harus segera dijemput, dipertemukan dalam surga dengan Tuhannya, negara harus disadarkan, dunia harus mendengarkan, sudah tiba waktunya, memang sudah tiba waktunya, ya Tuhan, ALLAH memang maha besar, ...ACEH... Tuhan memberkatimu, bumi ini sangat mencintaimu

Senin, 27 Desember 2004

...

agama tanpa tuhan sama saja dengan kulit tanpa nyawa dan tubuh

tentang anaknya

tangisan itu bagi dirinya sama halnya dengan tamparan tangan keras pada pipinya

Jumat, 24 Desember 2004

sejak kecil ia sudah diajarkan...

sejak kecil ia sudah diajarkan menipu, bagaimana harus bermuka manis dihadapan orang yang padahal dibenci, kemudian di belakang baru omong besar, bagaimana harus tunduk dan patuh pada siapa saja yang lebih berkuasa, bukan berdasarkan benar dan tidak, bagaimana harus mengatakan iya padahal isi hati mengatakan tidak, bagaimana berpura-pura suka padahal tidak, sejak kecil ia sudah diajarkan bagaimana semua itu

dari titik yang sama

berusaha menjadi pahlawan apalagi merasa menjadi pahlawan adalah sebuah kesalahan yang sangat besar karena 'pahlawan' tidak pernah dan tidak akan pernah bermula dari keinginan 'menjadi'tetapi kehidupan yang akan memberi tanpa mereka sadari, kenyataan dan sejarah yang memilih, karena tidaklah perlu kau memaksa membicarakan yang sesungguhnya tak kau fahami dan tak kau mengerti, tak perlu kau memaksa merubah apa yang tidak kau bisa, awali saja dari dirimu sendiri, apa yang sebenarnya patut kau revolusi, tirani mana apa yang sebenarnya patut kau lawan, semua itu ada pada dirimu, tak perlu omong besar, tak perlu sok bergerak, mulai saja dari titik yang sama, kau akan menemukan apa yang disebut kemiskinan, kau akan menemukan makna sebenarnya penindasan, kau akan menemukan bagaimana kita harus merdeka, kau akan menemukan apa masyarakat itu, apa bangsa itu, apa kekuasaan itu, dan kau akan mengerti kapan kau harus melakukan perlawanan!

Kamis, 23 Desember 2004

tak bisa...

seperti deras air bah menghujam dada bertubi-tubi tak berhenti setiap perempuan adalah tekanan, adalah semacam ada gangguan kejiwaan dalam dirinya yang belum terpecahkan, tak bisa berdiri menghadapi, meski hanya berdiri, tak perlu berbuat apa-apa lagi, mengapa? kau mesti memikirkannya dari keluarga mana ia dilahirkan, tetapi jangan menyalahkan atau memvonis, setiap kehidupan punya pilihan dan penentuan, inilah yang sesungguhnya harus dihadapi dan dijalani, bukan hal yang besar bukan hal yang istimewa ...

si mulut besar

barangkali itu adalah diriku sendiri atau paling tidak dalam diriku ada yang disebutkan seperti tadi, banyak bicara sedikit kerja, seperti yang ditulis wiji thukul
lingkungan kita si mulut besar
mengapa kalau sadar tetap saja tidak berubah?

Selasa, 21 Desember 2004

Rumah

Rumah bukan hanya sekedar ruang dibatasi atap dan dinding akan tetapi... adalah wilayah kekuasaan bagi tiap-tiap penghuninya dimana kita bisa bebas merdeka melakukan apa saja adalah simbol dan status untuk sebuah keluarga adalah batas-batas kaidah itu sendiri

perjalanan masih panjang

mereka semua di luar sana menungguku, semua menungguku, menunggu apapun yang aku hasilkan dari perjalanan ini, meskipun mereka punya harapan dan impian, tetapi mereka benar-benar mengikhlaskan apapun yang terjadi padaku, mereka percaya akan taggung jawabku, akan beban yang ada di pundakku, aku sudah memanjat dan memetik salah satu buah dari perjalan kehidupan ini, akan tetapi perjalanan masih sangatlah panjang, semuanya tidaklah berhenti disini, mereka semua menungguku, mereka semua menungguku.
Yah Tuhanku, ampunilah dosa-dosa hamba, ampunilah dosa-dosa istri hamba... berilah kami keselamatan

Senin, 20 Desember 2004

pilihan

semuanya punya pilihan, dan tak satupun boleh memaksakan dan dipaksakan, bahkan Tuhan menghargai setiap pilihan manusia, mereka menanggung sendiri apa resiko dari jalan yang ditempuhnya, Tuhan sudah memberi jalan ... tinggal bagaimana kita menjawabnya

nggak usah judul

emosi,... yah masih tua kok masih mudah menggunakan emosi seharusnya sudah waktunya malu pada diri sendiri malu pada anak istri

semua sedang berproses

semuanya belum selesai, semua ini memang belum selesai, semua sedang dalam..., semua sedang me..., semua sedang di..., inilah kehidupan semuanya masih berjalan, semuanya mengalami sebuah perjalanan, semua sibuk dalm prosesnya sendiri-sendiri, proses untuk menemukan dirinya, proses untuk menemukan ideologinya, proses menemukan, kekasihnya, proses menemukan agamanya, proses menemukan Tuhannya, proses menemukan impian-impiannya, dan proses menuju kehidupan yang lebih panjang. kematian!