Pada akhirnya ruang ini lepas dari makna 'goresan harian' sendiri. Ini bukan hanya goresan tidak juga harian. Ketika saya membutuhkan tempat, ini menjadi ruang untuk bersuara atau diam, mewarnainya dengan yang ada dalam dada atau diluar dari diri, mungkin lebih banyak tertuang kegelisahan dan berputar pada yang itu-itu saja, menunjukkan betapa jauh diri ini dari kata sempurna, tapi setidak-tidaknya bagi saya ini adalah sebuah catatan kecil tentang perjalanan.
Rabu, 22 November 2000
dengarkan saja ruang-ruang, yang pertama terasa adalah perut yang mulai lapar, pikiran yang pusing, berhenti, memikikirkan hari-hari yang statis, hampir-hampir tak berkembang, kalah dengan jam dinding yang terus berputar, tiap hari seperti ini tak lebih hanyalah ganti pakaian, sementara rambut diatas kepala terus memanjang, meski perlahan. Ada kabar buruk yang harus terdengar, hatipun tersentuh merasakan, sungguh kasihan. diam udara yang segar, agak jauh dari depan jendela ada pohon tinggi melebihi tinggi atap rumah, disana setiap sore, burung-burung kecil bernyanyian, melompat-lompat, bermain kejar-kejaran, amat ramai tapi indah, apalagi pohon itu jarang daunnya, tapi diri yakin mereka merasa aman karena pucuk pohon cukup tinggi untuk dijadikan perlindungan, terutama dari otak-otak keruh pemburu yang senang menembakin teman-temannya dengan senapan angin, ah alangkah bodohnya mereka, apakah kota ini hutan dimana pemburu dengan bebas menembaki hewan-hewan untuk mereka makan ?. aaah, dari jauh masih terdengar suara mesin-mesin kendaran yang lalu-lalang di jalan, basah sedikit gerimis, dari atap rumah terdengar rintik hujan yang tenang